Minggu, 19 Oktober 2014

cerpen : love can't lie


LOVE CAN’T LIE

Siapa yang nggak percaya bahwa cinta biasanya datang pada pandangan pertama??? Dan kalau sudah jatuh cinta kita rela melakukan apa saja supaya orang tersebut menyukai kita juga. Hal tersebut juga dialami oleh Agatha Putri Prasetya, gadis tomboy yang biasa dipanggil Atha oleh teman-teman sekolah.
Atha juga memiliki sahabat yang bernama Rachel Olivia. Persahabatannya berawal saat mereka sama-sama di kelas 4 sekolah dasar. Kala itu Rachel sedang menangis karena keusilan salah seorang temannya. Sekarang mereka duduk di kelas 2 SMA Nusa Bangsa. Kebetulan mereka satu kelas.
Keduanya memiliki sifat masing-masing yang unik dan berbeda. Tapi justru itulah yang membuat mereka bisa bersahabat selama hampir 8 tahun. Agatha memiliki sifat agak jorok, berantakan dalam berpenampilan, jutek serta tomboy dan agak sedikit temperamental. Maka sangat pas jika ia gemar mengikuti kegiatan olahraga khususnya basket dan taekwondo. Selain itu Agatha juga gemar menggambar, ia juga bercita-cita sebagai pelukis terkenal.
Berbeda dengan Rachel yang memiliki sifat lembut dan ramah. Ia juga cantik. Banyak teman satu sekolahnya yang sangat menyukai Rachel, apalagi cowok-cowok. Selain itu Rachel juga piawai bermain biola. Teman- temannya merasa heran karena Rachel, Si cewek cantik itu bisa memiliki sahabat seperti Agatha, yang sifatnya bagaikan langit dan bumi.
Seperti hari-hari biasanya mereka berangkat ke sekolah bersama. Ketika ditengah perjalanan menuju sekolah tiba-tiba ada sebuah mobil melintas dekat sebuah genangan air. Cruoat tak pelak air genangan yang bak air comberan itu mengenai baju seragam Agatha. Ia ngomel-ngomel, kesal dan berusaha ingin mengejar mobil itu untuk meminta pertanggungjawabannya. Tetapi segera dicegah oleh Rachel “sabar Tha, pagi-pagi udah marah-marah aja” kata Rachel yang berusaha menenangkan sahabatnya itu, “Abis gimana gak kesel coba tu mobil udah nyiprat baju gue nih kotor kan jadinya?” kata Agatha sambil dongkol.
Setibanya di sekolah, cowok-cowok teman sekelas sudah menunggu Rachel di depan pintu gerbang sekolah. Mereka sengaja ingin sekedar menyapa Rachel atau bahkan sedikit iseng. “Rachel” sapa salah seorang cowok. Rachel hanya membalas sapaan mereka dengan senyum ”Ihh… ngapain sih lu Chel senyum ke mereka. Lagian lu pada ngapain sih pagi- pagi udah godain sahabat gue aja. Emang gak ada kerjaan apa?” kata Agatha yang sedikit kesal dengan teman-temannya “Yaelah emang gue manggil lu apa? Rachel aja gak marah kita panggil” ujar cowok lainnya. ”Udah Tha biarin aja, mending kita ke kelas aja, katanya lu mau nyalin PR Matematika gue” kata Rachel berusaha menenangkan Agatha.
Sesampainya di kelas Agatha dan Rachel segera duduk di bangku mereka untuk menyalin PR Matematika. Seperti biasa suasana di kelas sangat riuh. Ada yang sedang bercanda, gossip, lempar- lemparan kertas bahkan beberapa cewek sedang asik berdandan.
RINNNNGGGG!! Bel tanda masuk berbunyi. Pelajaran pertama hari Jumat diawali dengan Bu Susan, guru Matematika yang terkenal sangat kiler dalam mengajar. Suasana kelas yang tadinya ramai dalam sekejab menjadi seperti kuburan.
Tapi, tiba-tiba “Hoaammmmm...” suara menguap Agatha yang mengantuk karena bosan. “Busyet..., sepi banget sih nih kelas, kalah kali kuburan” bisik Agatha dengan Rachel. Dan, kruel langsung Agatha meletakkan kepalanya di meja dan tidur.
“Agatha, coba kerjakan PR soal nomor 2 di papan tulis” suruh Bu Susan. Rachel yang mengetahui sahabatnya sedang tertidur nyenyak berusaha membangunkan Agatha. “Atha, Tha… bangun Tha, dipanggil Bu Susan noh” kata Rachel sambil menyenggol siku Agatha sembari menginjak kakinya. Tetapi Agatha pun tidak mendengar suara Rachel karena ia tertidur sangat pulas, bahkan mungkin malah sedang bermimpi indah. Mengetahui bahwa muridnya itu sedang tertidur pulas, Bu Susan beranjak dari tempat duduknya, “AGATHA PUTRI PRASETYA!! kerjakan soal nomor 2” bentak Bu Susan dengan suara keras dan meninggi. Semua anak kaget, termasuk Agatha “Hah.. iya Bu kenapa Bu?” jawab Agatha dengan keadaan setengah sadar sambil garuk-garuk kepala. Sontak semua teman sekelasnya termasuk Rachel tertawa cekikikan karena melihat kelakuan Agatha. Ia pun kesal karena melihat teman sekelasnya menertawakannya.
“Sudah, sekarang kamu keluar dan berdiri ditengah lapangan sampai bel istirahat berbunyi” suruh Bu Susan. Agatha segera menjalankan hukumannya.
Ketika menuju ke lapangan Agatha masih ngedumel dan kesal karena merasa nasibnya hari ini sial “Aduh sial banget sih hari ini gue , tadi pagi kecripratan air gara-gara mobil, dimarahin lagi ama Bu Susan, nanti apalagi ya” keluh Agatha dalam hati sambil mengayun-ayun kakinya yang seolah sedang menendang-nendang sesuatu.
Tiba-tiba, GABRUUKKKK!! secara tidak sengaja Agatha menabrak seorang laki-laki ternyata kakak kelasnya, ”Aduh…sakit!” rintih Agatha sambil mengusap-usap sikunya yang sakit, ”Duh.. maaf ya, gak sengaja habis kamunya gak liat-liat jalan sih” kata lelaki itu sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Agatha berdiri. Agatha yang mendengar kata-katanya ingin memarahinya. Tapi ia mengurungkan niatnya ketika melihat lelaki itu “Ih… emm..” ucap Agatha yang tidak jadi ia teruskan karena terpana melihat lekaki itu. Kemudian lelaki itu berusaha membantu Agatha untuk berdiri “Lu nggak apa-apa kan? Oh ya gue Daniel ” kata laki-laki itu sambil tersenyum dan membantu Agatha berdiri.
“Ehm gak apa kok, gue Agatha” jawab Agatha agak setengah cuek.
“Maaf ya” sekali lagi Daniel tersenyum dan tanpa berkata-kata lagi ia pergi meninggalkan Agatha sendiri. Seperti setengah sadar setengah tidak Agatha terbengong-bengong sesaat setelah tiba tiba bertemu dengan Daniel. Sesaat Agatha masih senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Lupa kecipratan air di jalan bahkan lupa kalau ia sedang kena hukuman Bu Susan. Rupanya ia masih terkesima dengan ketampanan pemuda yang baru saja menabraknya. Sesampainya di lapangan Agatha segera melaksanakan hukuman yang diberikan oleh Bu Susan.
Bel pulang berbunyi, Agatha dan Rachel bergegas pulang ke rumah mereka masing-masing. Diperjalanan Agatha masih tersenyum sendiri seperti orang gila. Ia pun masih enggan cerita sama sahabatnya tentang apa yang barusan terjadi. “Ngapain sih lu Tha, senyum-senyum sendiri?”
“Ada deh…” jawab Agatha sekenanya.
Awalnya Agatha memang agak ogah cerita sama Rachel. Tapi akhirnya ia cerita juga. Ia merasa nggak nyaman jika menyakiti hati sohib yang paling mengerti dirinya. Dan ia pun mulai nyerocos menceritakan tentang pertemuannya sesaat dengan Daniel. “Hah … Daniel??? Dia itu kan Ketua OSIS kita.” Rachel pun tertawa dan sedikit terkesan ngeledek mendengar cerita Agatha. “Hahaha.. ternyata seorang Agatha bisa suka juga toh ama laki-laki kirain…” kata Rachel yang belum selesai karena dipotong oleh Agatha.
“Ihh… lu pikir gue lesbi apa” potong Agatha sambil mencubit pipi Rachel dengan gemas.
“Chel, gue deg-degan lho ketemu pertama ama dia”
“Ah lhu aja, nih GR atau terhipnotis Daniel kali”
Percakapan pun terus berlangsung. Dan Rachel – sahabat Agatha yang paling baik itu menyarankan agar Agatha mau merubah sedikit penampilannya biar nggak terlalu tomboy lagi. Lalu Agatha meminta pada Rachel untuk membantunya. Mereka berdua akhirnya janjian untuk ke salon.
Dua hari kemudian, karena hari Minggu, Rachel mengajak Agatha kesalon langganannya untuk merubah penampilannya biar sedikit feminim. “Mbak.. tolong ya make over teman saya ini, biar lebih cantik” pinta Rachel kesalah satu karyawan salon. “Okeh deh nek. Lagi fall in love ya??” kata  karyawan salon dengan gaya bancinya. Pertama Agatha menolak karena geli dengan Si Perias salon, sehingga ia agak ogah merubah penampilannya. Tapi Rachel nggak kurang akal untuk membujuk Agatha sambil nyebut-nyebut Si Daniel yang sudah membiusnya dengan senyuman.
Beberapa menit kemudian “Wow keren…gile… cantik amat Lu. Coba dari dulu kayak gini” kata Rachel terkejut melihat sahabatnya berubah menjadi cantik.“Ngeledek lu! Gue gak bakalan nyaingin Lu, Chel..” kata Agatha sambil nyubit Rachel sedikit genit.
Esok harinya, di sekolah seperti biasa semua teman-teman sekolahnya menunggu kedatangan Rachel di depan pintu gerbang. Tetapi ketika Agatha dan Rachel melintas teman-temannya yang biasa menyapa dan menggoda Rachel kini tidak menggoda Rachel tapi justru mereka semua heran serta kagum melihat ada sesuatu yang berubah pada diri Agatha yang terlihat beda dari biasanya. “Wow.. tha lu cantik banget hari ini kayak bidadari aja, tumben banget lu dandan” kata teman mereka. “Ye…baru tau!!” sahut Agatha ketus. “Suit-suit!!! Prikitiu……” ledekan cowok-cowok lain.
Sebenarnya Agatha sedikit risih dengan penampilan barunya karena hampir semua teman sekolahnya termasuk Daniel memandanginya. Tapi diam-diam ia merasa berbunga-bunga kalu yang melihatnya Daniel, Sang Calon Pangerannya itu.
“Hai Chel, hai Tha, sepertinya ada yang beda deh dari lu tapi apa ya.” sapa Daniel sambil memperhatikan penampilan Agatha yang sedikit bebeda.
“ Ahh.. kakak bisa aja deh” kata Agatha dengan agak malu-malu.
“Eh.. Tha, gue nyari buku dulu ya di perpustakaan ya” potong Rachel yang ingin pamit dengan Agtha. Ia tahu kalau Agatha ingin mengobrol dengan Daniel dan sengaja meninggalkan Daniel dengan Agatha untuk berdua.
Ketika mereka sedang asyik bercanda di koridor sekolah tiba-tiba Fakhri teman dekat Daniel datang dan mengejutkan mereka, “eh.. lu dicariin kemana-mana ternyata disini lagi asyik mojok” goda Fakhri.
“Apaan sih lu” kata Daniel yang terlihat sedikit kesal dengan temannya.
“Ye gitu aja marah, eh.. siapa nih, anak baru ya?” Tanya Fakhri sambil menujuk dan memandangi Agatha. “Ih.. gimana sih? masa gak kenal sama Agatha adik kelas kita yang sering ikut lomba taekwondo dan jago melukis itu sih?” kata Daniel yang memberitahu temannya tersebut.
“Hah, Agatha yang tomboy dan jutek itu?” Tanya Fakhri yang terkejut melihat perubahan Agatha sekarang. “Hussstt.. parah lu ngomongnya, maaf ya Tha, maklumin aja “ kata Daniel yang berusaha memarahi Fakhri atas ucapannya dan meminta maaf pada Agatha.
Perbicangan mereka bertiga terpaksa harus terhenti karena bel masuk berbunyi, Daniel dan Fakhri berpamitan dengan Agatha dan pergi kekelas mereka. Dikelas, Agatha bertemu Rachel dan berterimakasih atas tindakannya tadi.” thank ya Chel, lu tau aja kalo gue mau berduaan ama Daniel hehehe” ucap Agatha yang ceplas-ceplos dan terlihat sangat senang. “Ya.. sama-sama” kata Rachel sambil mengedipkan sebelah matanya.
Sepulang sekolah Agatha pergi ketempat latihan taekwondo. Agatha adalah peserta ekskul Taekwondo. Tiba-tiba diperjalanan, ada seseorang yang memanggil Agatha. Agatha yang mendengarnya berusaha mencari asal suara tersebut. Ternyata yang memanggilnya adalah Fakhri “ Ehh.. kak Fakhri, gue kira siapa?” kata Agatha. “Hehehe.. lu mau kemana sih?” tanya kak Fakhri. “ehm.. gue mau latihan taekwondo. Kakak sendiri mau kemana?” jawab Agatha sambil meminggirkan sepedanya. “Oh... gue juga tadi dari sana, biasa nganter adek. Tapi sekarang lagi mau jalan-jalan aja” jawab Fakhri. “ Duh.. maaf ya kak perbincangannya berhenti dulu sampai sini, soalnya gue udah telat nih” kata Agatha sambil melihat jam tangannya yang menunjukkan latihan hampir dimulai dan kemudian Agatha tergopoh-gopoh segera mengayuh sepedanya. “Ok ” kata Fakhri sambil melambaikan tangannya ke Agatha yang melaju dengan cepat.
Setibanya di tempat latihan Agatha segera memasuki barisannya. Ia mulai mengikuti gerakan yang sedang dilakukan oleh pelatihnya. Tetapi pelatihnya agak kesal karena Agatha hari ini tidak konsetrasi dalam mengikuti gerakannya. “Agatha .. sudah telambat tidak konsetrasi lagi kamu kalo kamu tidak suka lagi dengan taekwondo mending kamu keluar!!” bentak pelatihnya yang terlihat sangat marah. Agatha pun meminta maaf dan izin keluar sebentar untuk menenangkan diri. “Duh... gue kenapa sih? aneh banget hari ini” keluh Agatha dalam hati. Tiba-tiba dari belakang Agatha ada seorang yang mengulurkan sebotol  air mineral untuknya ketika Agatha menoleh ia sangat terkejut karena orang tersebut adalah Daniel. “Kenapa sih dari tadi gue perhatiin lu gelisah amat. Lagi banyak masalah ya?” tanya Daniel yang iba melihat Agatha. “Ah.. gak apa kok Kak, Cuma lagi bad moot aja gue” jawab Agatha lemas. “Eh.. gimana kalo gue ajak lu makan, di sekitar sini ada makanan enak banget loh” ajak Daniel yang berusaha membuat Agatha lupa dengan kesedihannya, Agatha pun menerima ajakan Daniel. “Sehabis latihan aja Kak” sergah Agatha. “Ok aku tunggu di halaman ya.”
Selesai latihan Agatha bergegas menemui Daniel untuk makan di kantin. Setibanya di tempat makan Agatha yang masih terlihat murung. Daniel berusaha membuat Agatha tersenyum dengan memberikannya sebuah tebakan. “Eh..gue punya tebakan nih buat lu? Ada gak ayam berkokok siang-siang? Hayo jawab kalo gak bisa gue cubit ya hidungnya” tanya Daniel. Agatha langsung memikirkan jawabannya  “Ehmm.. ya ada lah..” jawab Agatha dengan percaya diri. Namun ternyata jawabannya salah. “Ih.. salah tau” kata Daniel yang menyalahkan jawaban Agatha, ia tidak percaya bahwa jawabannya ternyata salah. “Lalu apa jawabannya Kak? Masa sih gak ada? terus jawabannya apaan deh?” tanya Agatha dengan penasaran. Lalu Daniel pun memberitahu jawabannya “Dimana-mana ayam tuh kalo berkokok bunyinya ya kukuruyukkk. Mana ada ayam berkokok bunyinya siangsiangsiang gitu” jawab Daniel sambil tertawa dan mencubit hidung Agatha. “ Ih.. tebakannya gak jelas, sekarang giliran gue yah ” kata Agatha sambil mengusap-usap hidungnya yang merah, ia tak mau kalah memberikan pertanyaan ke Daniel. “Boleh” jawab Daniel yang menerima tantangan Agatha. “Tapi nanti kalo Kakak gak bisa jawab Kakak harus gendong gue sampe rumah ya? Berani gak tuh” kata Agatha yang memberitahukan hukumannya. Daniel pun mengangguk setuju.
“Oke? Jawab ya, ada 10 bebek terus di kali 2 jadi sisanya berapa?” tanya Agatha. “Dua puluh” Daniel dengan percaya dirinya menjawab. “Salah” sahut Agatha. Daniel pun heran mengapa jawabannya salah dan menanyakan apa jawaban yang benar “ yang bener itu tinggal delapan lah, kan yang 2 ada di kali hahahaha” jawab Agatha sambil tertawa puas. “maksud lu, di sungai?” Daniel mengalah. Ia merasa senang karena Agatha tidak sedih lagi. Agatha pun tak menagih hukumannya pada Daniel yang harus menggendongnya sampai rumahnya. “Ah tapi Kakak gak usah gendong gue lah. Kakak udah bikin gue gak bad moot lagi.”
Esok harinya, di sekolah Fakhri menceritakan pada Daniel bahwa dia sangat menyukai Agatha dan meminta tolong pada Daniel untuk mendekatkannya pada Agatha, Daniel pun mengangguk setuju. Di tempat yang berbeda, Agatha menceritakan happy and hoky story nya ketika kemarin bersama Daniel. Rachel yang mendengar cerita sahabatnya pun ikut senang.
Ketika mereka sedang asyik bercerita tiba-tiba Agatha dipanggil oleh Bu Hanna untuk mengikuti seleksi pentas drama buat acara Pensi Sekolah. “Kenapa nggak Rachel aja Bu?” sanggah Agatha. “Nggak, kamu aja, biar nanti Rachel ada peran lain sebagai ibu tirinya.” Agatha pun menerima tawaran Bu Hanna karena ia sudah mendengar kalau Daniel juga mengikuti drama tersebut. Agatha pun tambah senang karena ia akan memerankan sebagai Putri salju yang berpasangan dengan Sang Pangeran yang akan diperankan oleh Daniel.
Waktu latihan drama pun akhirnya tiba. Ketika drama akan dimulai, Agatha tiba-tiba terpeleset. Sejurus Daniel  dengan refleksnya memegang tangan Agatha. Namun dari kejauhan Fakhri sempat melihatnya. Ia kesal melihat adegan spontan itu, karena Daniel janji ingin membantu Fakhri untuk mendekatkannya dengan Agatha. Daniel yang melihat keberadaan Fakhri langsung melepaskan pergelangan Agatha. Agatha yang tadinya senang karena telah ditolong oleh Daniel seketika heran mengapa Daniel langsung melepaskannya begitu saja.
Latihan pun usai. Ketika Agatha ingin berganti baju di ruang ganti tiba-tiba ia melihat ada surat dari Daniel. Agatha pun langsung membacanya ternyata isinya Daniel ingin bertemu dengannya di tempat pertama kali ia bertemu dengannya. Agatha pun langsung menuju ke tempat yang di masudkan dalam surat itu. Tetapi setibanya disana ia tidak melihat Daniel tapi ia hanya melihat Fakhri, “Loh kok lu sih yang disini Kak Daniel mana?” tanya Agatha heran. “Oh .. Daniel masih ditempat latihan” jawab Fakhri. Agatha bingung karena Daniel yang mengajaknya untuk bertemu justru tidak datang. ketika Agatha ingin pergi meninggalkan Fakhri, tiba-tiba Fakhri menarik tangan Agatha untuk tidak pergi “Tunggu Tha, ada yang mau gue omongin sama lu” kata Fakhri dengan serius. Agatha pun mengurungkan niatnya untuk pergi. “Kenapa ya kayaknya kok serius amat sih” kata Agatha yang heran melihat sikap Fakhri yang akhir-akhir ini sedikit aneh. “Sebenarnya, gue tuh suka sama lu dari dulu, dan gue tau lu lebih menyukai Daniel dibanding gue, makanya pas gue tau lu sedih waktu lu lagi latihan taekwondo, gue suruh Daniel buat hibur lu. Sorry Tha, mau gak jadi pacar gue?”  gile rupanya Fakhri to the point langsung nembak Agatha dengan penuh harapan akan diterima oleh Agatha. Sesaat Agatha terkejut. Ia mencoba untuk tidak buru-buru menjawab pertanyaan Fakhri. “Maaf ya... gue ambil tas dulu di tempat latihan.” Agatha perlahan pergi meninggalkan Fakhri. Fakhri kecewa dengan sikap Agatha yang tidak menjawab pertanyaannya tetapi malah meninggalkannya.
Pada hari berikutnya ketika pulang sekolah, di perjalanan Agatha curhat masalahnya pada sahabatnya Rachel. Wajahnya melo banget, tidak seperti aslinya yang tomboy dan jutek “Chel, gue bingung harus jawab apa ke Fakhri, gue gak tega jawabnya gue udah telanjur sayang banget sama Daniel” keluh Agatha. Bahkan sempat matanya nampak berkaca-kaca. Rachel mencoba memeluknya. Ia membiarkan Agatha untuk menumpahkan kegalauan hatinya. Setelah Agatha nampak merasa tenang, Rachel mulai membicarakannya pada Agatha. “Menurut gue kalo Lu emang gak suka sama Fakhri ya udah bilang saja baik-baik dan terus terang. Masalah Daniel, lu tuh harus bilang sama dia kalo lu suka sama dia” Saran Rachel ke Agatha. Lalu mereka pulang ke rumah masing-masing.
Esok paginya ketika Agatha sedang sarapan pagi, Agatha mendapat berita dari ibunya bahwa pamannya mengabulkan Agatha untuk sekolah ke Italia. “Atha, ibu kemarin ditelpon Om Anton, kalau kamu boleh sekolah ke Itali dan segera berangkat” kata ibunya dengan senang. “Hah?? yang bener Bu? yes akhirnya bisa juga gue sekolah keluar negeri” kata Agatha sambil mengepalkan tinjunya dan jejingkrakan. Agatha senang sekali, karena itulah impiannya dari dulu yaitu sekolah keluar negeri dan menjadi pelukis terkenal. Tetapi ia juga sedih karena ia harus berpisah dengan Daniel. Agatha pun segera berpamitan  pada ibunya untuk bergegas berangkat sekolah.
Diperjalanan  menuju sekolah Agatha menceritakan pada Rachel bahwa ia akan pergi keluar negeri “Chel, akhirnya usaha gue selama ini gak sia-sia. Gue diijinin ikut Om Anton dan sekolah di Itali, coy” kata Agatha yang tak henti-hentinya tersenyum bahagia. “Cielah.. selamat ya” kata rachel sambil memberikan pelukannya. “Tapi.... gue gak bakal ketemu lagi sama Daniel” kata Agatha yang tadinya tertawa senang sekarang mendadak menjadi sedih. “Kemarin gue kan udah bilang kalo emang lu suka ama dia, lu ngomong dong” kata Rachel berusaha membujuknya.
Akhirnya Agatha pun memberanikan nyalinya untuk menjalankan saran dari Rachel. Agatha segera menemui Daniel di ruang musik. Sayup-sayup terdengar suara petikan gitar dengan alunan lagu What If yang dimainkan Daniel ciptaan Super Junior. Kebetulan Daniel sedang sendirian di ruang itu.
“Lagi asyik ya Kak? ada waktu gak?? aku pengen ngomong sebentar sama Kakak” sela Agatha yang membuat Daniel menghentikan jari-jemarinya memetik gitar. “Oh.. ada apa Tha??” kata Daniel sambil tersenyum, bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Agatha. “ Kak .. marah nggak kalau gue ngomong sesuatu ke Kakak.”
“Ada apa sih Tha serius amat, ngomong aja kalau ada masalah. Nanti gue bantuin.”
“Gue tuh sebenarnya suka sama Kakak, Kakak mau gak jadi pacar gue?” kata Agatha dengan spontan yang memberitahu perasaannya. Daniel yang mendengarkan pernyataan Agatha terkejut tapi juga senang karena selama ini Daniel diam-diam juga menyukai Agatha.
Tapi Daniel tak memberi jawaban, meskipun matanya menyapa dan menerima Agatha dengan lembut. Saat itu hati Daniel gundah. Ia merasa belum bisa menerima cinta Agatha karena sahabatnya Fakhri juga menyukai Agatha. Selain itu Daniel sudah berpacaran dengan teman sekelasnya. “Ah kita mesti konsentrasi pada sekolah dulu aja Tha.” Agatha merasa bahwa cintanya telah ditolak oleh Daniel. Segera ia pergi meninggalkan Daniel. Ia merasa malu dan sedih. “Tha...tunggu!” Daniel mencoba mencegahnya, namun Agatha terus ngeloyor meninggalkannya. Daniel merasa salah tingkah, sedih, gelisah sesal bercampur aduk. Ia hanya terbengong-bengong menatap Agatha yang melangkah dikejauhan yang kelihatan gontai.
Dua bulan  berlalu, Agatha segera mempersiapkan barang-barang untuk pergi ke Itali. Agatha berusaha untuk melupakan Daniel yang telah menolak cintanya, dan segera berangkat ke Itali. Tapi sebelum pergi ia ingin berpamitan dengan sahabatnya dan mengucapkan terimakasih dan salam perpisahaan. Rachel merasa sedih karena harus berpisah dengan sahabatnya “Tha, jangan pergi nanti siapa yang bantuin gue ngerjain PR Matematika, terus nanti kalo gue digodain sama teman-teman, siapa yang bakal bela gue” kata Rachel yang berusaha mencegah Agatha untuk pergi. “Yaelah gue tuh Cuma pergi ke Itali doang. Gak lama lagi, bukan pindah planet kali. Lagian kan sekarang udah canggih lu kalo kangen ama gue bisa kirim message lewat blackberry, fb-an atau apalah” kata Agatha menenangkan Rachel.
“Chel, gue minta tolong lu. Kasih ini ke Daniel” kata Agatha sambil menyerahkan sebuah bungkusan dan surat pada Rachel. Sejenak mereka berpelukan, mengucap salam perpisahan. Taxi sudah menunggu untuk menuju bandara karena pesawat menuju Italia 2 jam lagi akan segera berangkat. “Ayo Tha.. keburu terlambat” kata mamanya yang juga menemaninya ke bandara. Agatha dan Rachel saling melambaikan tangannya, tanda perpisahan.
Setelah Agatha pergi Rachel segera bergegas kerumah Daniel untuk memberikan titipan Agatha ke Daniel “Kak Daniel, nih ada titipan dari Agatha buat kakak” kata Rachel sambil menyerahkannya ke Daniel. Daniel pun menerima dan membuka pemberian Agatha yang ternyata isinya lukisan wajah Agatha yang bersandar di bahu Daniel, dan sebuah surat. Sejenak ia menatap lukisan itu dangan hati yang terdalam. Lalu ia segera membacanya suratnya. Tiba-tiba ia merasa sedih dan termenung. Seketika badannya serasa lemas. “Ia sudah berangkat” tanya Daniel. “Sudah 1 jam yang lalu.” Daniel bergegas menyalakan sepeda motornya dan segera pergi ke Bandara, tanpa memperdulikan Rachel lagi.
Sial, Penerbangan yang menuju Itali rupanya sudah lepas landas. Daniel menyesal karena selama ini ia merasa menyakiti hati Agatha karena menolak cintanya. Daniel pun pulang dengan perasaan bersalahnya.
Lima tahun kemudian, Agatha kembali ke Indonesia karena mendapat undangan acara pameran lukisan. Agatha segera pergi untuk menghadiri undangan disebuah acara pameran. Tiba-tiba saat Agatha sedang menata lukisan-lukisannya secara tidak sengaja ia menabrak seorang pria tampan dihadapannya “Maaf ya, gak sengaja” kata Agatha yang sambil meminta maaf pada lelaki itu. Betapa terkejutnya Agatha ketika mengetahui bahwa lelaki itu adalah Daniel. Daniel pun juga terkejut, Mereka terdiam sesaat dan saling pandang dengan tatapan berjuta makna. “Aku kebetulan manager EO-nya di pameran ini. Terima kasih, telah menerima undangan kami” Tiba-tiba Daniel mengulurkan tangannya dan dengan tulus meminta maaf kepada Agatha. “Terima kasih atas pemberian lukisanmu waktu itu, maafkan aku Agatha” Agatha pun tak bisa berucap kata. Tanpa ia sadari air mata telah menetes di pipinya yang lembut. Kenangan yang bertahun-tahun sulit ia lupakan tiba-tiba terasa di pelupuk matanya. Dengan gentle Daniel mengulurkan kedua tangannya. Seperti sebuah magnet yang berkekuatan sangat dahsyat. Agatha pun tak mampu menolak uluran tangan perkasa namun lembut itu. Ia pun menggapainya. Kuncup bunga cinta nampak bersemi kembali. Sejuta kerinduan tertumpahkan dengan pelukan lembut.
“Aku nggak bisa membohongi perasaanku, Agatha.” Daniel merapatkan pelukannya, seakan tak  mau terpisahkan lagi. “Trima kasih Kak.” tanpa sengaja Agatha menyapa Daniel dengan panggilan kakak seperti yang ia lakukan beberapa tahun yang lalu. Hati Daniel pun berdebar kencang.“Hadiah lukisanmu begitu indah, sebuah lukisan cinta, Agatha.” Daniel berbisik lembut dan mesra.
  by ; Mariaenggar ^.^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar