Materi
5
PDB,
Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
5.3 Pertumbuhan Ekonomi Selama Orde
Baru hingga Saat ini
Ketika
orde baru mulai dengan pemerintahannya di tahun 1966, ekonomi Indonesia dalam
keadaan porak poranda. Antara tahun 1962 sampai 1966, pertumbuhan PDB hanya 2 %
per tahun, yang lebih kecil daripada pertumbuhan penduduk, sehingga pendapatan
nasional per kapita menurun. Investasi dalam % dari PDB, yang sangat strategis
artinya bagi pertumbuhan ekonomi menurun.Infra struktur dalam bidang
transportasi, komunikasi, irigasi dan kelistrikan memburuk. Anggaran negara
yang selalu defisit, ditambah dengan defisit dalam neraca pembayaran
menyebabkan menyusutnya cadangan devisa. Di tahun 1962 defisit anggaran negara
63 %, yang meningkat menjadi 127 % di tahun 1966. Defisit ganda dari anggaran
negara dan neraca pembayaran juga mengakibatkan hiper inflasi. Di tahun 1966,
inflasinya mencapai 635 %.
Pemerintah
yang tidak cukup mempunyai cadangan devisa melakukan penjatahan dalam penjualan
devisa, sehingga timbul pasar gelap untuk valuta asing dengan perbandingan
harga antara pasar gelap dan kurs resmi dengan 2 sampai 3 kali lipat. Perbedaan
ini terus meningkat sampai pernah mencapai 10 kali lipat.
Dalam
keadaan yang demikian, dengan sendirinya orang tidak mau memegang rupiah.
Rupiah segera dijadikan barang yang harganya setiap hari meningkat. Maka dunia
perbankan tidak berfungsi, karena tidak ada orang yang menyimpan uang di bank.
Pelarian modal ke luar negeri dan spekulasi adalah kegiatan sehari- hari dari
para anggota masyarakat kita.
Dengan
kondisi perekonomian yang porak poranda seperti tergambarkan di atas, pemerintah
tidak dapat langsung menyusun paket pertumbuhan ekonomi sebelum konsolidasi dan
rehabilitasi. Yang pertama-tama ditanggulangi adalah penekanan inflasi.
Caranya
dengan menyeimbangkan anggaran negara. Uang beredar diturunkan melalui
pemberian bunga yang sangat tinggi untuk deposito berjangkapada bank-bank milik
negara, yaitu 60 % setahun. Asal usul deposito tidak dapat disusut. Deposito
dan tabungan di bank-bank BUMN yang di tahun 1962 hanyaRp. 5,- milyar,
meningkat menjadi Rp. 34,- milyar di tahun 1969, dan meningkat terus menjadi
Rp. 122,- milyar di tahun 1972. Sekarang, atau untuk tahun 1996, jumlah
tabungan dan deposito dalam perbankan keseluruhan, baik BUMN maupun bank-bank
swasta lainnya mencapai angka 172,7 trilyun.
Sistem
lalu lintas devisa dibuat bebas. Penentuan kurs rupiah terhadap valuta asing,
terutama dollar AS, dipertahankan pada kurs tertentu dengan dollar AS, yang
stabilitasnya dijamin oleh BI. Setelah itu, diambangkan secara terkendali, yang
sebanyak mungkin diserahkan pada mekanisme pasar, dengan stabilisasi melalui
intervensi oleh Bank Indonesia.
Utang-utang luar negeri
dijadualkan kembali. Negara-negara kreditur tidak hanya bersedia
menjadualkannya kembali, tetapi mereka juga membentuk konsorsium untuk memberikan
utang kepada Indonesia. Kelompok ini terkenal dengan nama Inter Governmental
Group on Indonesia atau IGGI. Setelah terjadi ketegangan dengan pemerintah
Belanda, dan mengeluarkannya, nama kelompok negara- negara donor tanpa Belanda
menjadi Consultative Group on Indonesia atau CGI.
Setelah tahap
konsolidasi dilampaui, pemerintah mulai dengan program meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang cepat. Dari pihak pemerintah, pemompaan daya beli pada masyarakat
dilakukan melalui pembangunan infra struktur secara besar-besaran. Investasi
dari sektor swasta, baik yang domestik maupun asing dipacu dengan berbagai
insentif seperti yang tertuang di dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang nomor 6 tahun 1968 tentang
Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN).
Negeri (PMDN).
Pemerintah
orde baru dapat melakukan pembangunan ekonomi dengan stabilitas politik yang
kokoh. Stabilitas politik diserahkan kepada ABRI, yang memberlakukan security
approach, sedangkan pembangunan ekonomi diserahkan kepada para profesional,
yang kebanyakan bukan politisi. Dengan bantuan dari lembaga-lembaga internasional,
baik dalam nasihat maupun dukungan dana, pembangunan selama orde baru telah
membuahkan hasil yang gemilang.
Pertumbuhan ekonomi
antara tahun 1970 sampai tahun 1996 berfluktuasi antara yang paling rendah 2,25
% di tahun 1982, 2,26 % di tahun 1985 dan 3,21 % di tahun 1986. Pertumbuhan
pernah mencapai 14,6 % di tahun 1987 yang merupakan perkecualian. Pada umumnya pertumbuhan
berfluktuasi antara 6sampai 8 %. Pertumbuhan rata-rata dari 1969 sampai 1997 adalah
6,9 %. Ini adalah sebuah prestasi yang mengagumkan banyak negara-negara maju
dan
lembaga-lembaga internasional. Dengan pertumbuhan penduduk yang rata-rata 2 % setahun, pertumbuhan pendapatan nasional per kapita mengalami kemajuan dari $ 76,- di tahun 1971 menjadi $ 1.136 di tahun 1996.
lembaga-lembaga internasional. Dengan pertumbuhan penduduk yang rata-rata 2 % setahun, pertumbuhan pendapatan nasional per kapita mengalami kemajuan dari $ 76,- di tahun 1971 menjadi $ 1.136 di tahun 1996.
Sejak tahun 1970,
inflasi terrendah adalah di tahun l985 sebesar 4,7 %, dan inflasi tertinggi di
tahun 1974 sebesar 40,6 %, dengan rata-rata inflasi sebesarl2,26 %.
Kalau sejak tahun 1974,
ekspor migas selalu di atas 70% dari keseluruhan ekspor, dan bahkan pernah
mencapai 82,4% di tahun 1982, maka sekarang, di tahun 1996 ekspor minyak bumi
dan gas alam hanya merupakan 23,5 % saja dari keseluruhan ekspor. Ini berarti bahwa
ketergantungan kita pada migas sangatberkurang. Dengan produksi migas yang tidak
menyusut, perbandingan ini menunjukkan betapa industrialisasi telah meningkat
pesat.
Di tahun 1968 sumbangan
sektor pertanian terhadap pembentukan PDB adalah 51%, sedangkan sumbangan
industri manufaktur hanya 8,5 %. Dengan produksi pertanian yang tidak menyusut,
sumbangan sektor industri manufaktur terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto
di tahun 1996 sudah meninggalkan sektor pertanian, karena sudah merupakan 25,5
%, sedangkan sumbangan sektor pertanian 16,5 %.
Ini berarti bahwa
perekonomian telah mengalami modernisasi dan transformasi dari berat pertanian
pada berat industrialisasi, tanpa pertaniannya menjadi lemah. Target pemerintah
meningkatkan industrialisasi berdasarkan atas pertanian yang kuat telah
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sejak tahun 1970, ekspor non migas
mengalami kenaikan dari $ 475,- juta di tahun 1966 menjadi $ 38,093 milyar di
tahun 1996.
Pertumbuhan ekonomi di
indonesia ini mencapai 6% tahun ini, menurut BI ( bank Indonesia), ekonomi
Indonesia mencapai 5,5-6% pada tahun ini meningkat menjadi 6-6,5% pada tahun
2011dengan demikian prospek ekonomi indonesia semakin bagus. Perbaikan ekonomi
indonesia bersumber dari sisi eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi global
pada saat ini, seperty ekspor yang mencatatat pertunjukan yang sangat positif,
dan lebih baik lagi berbaremgan dengan impor yang akan lebih baik lagi dan
berdapak bagus di dalam amupun di luar negeri.
Selain didukung
perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik menurut BI (bank
Indonesia) ekonomi tahun depan juga disongkoh konsumsi rumah tangga yang kuat,
peningkatan sektor eksternal, dan peningkatan investasi, kata Gubernur BI Darma
nasution di jakarta.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar